Wanita Bernafsu Besar: Normalkah?

Banyak yang mengatakan, bahwa nafsu seks wanita sebenarnya lebih besar daripada laki-laki. Mereka hanya lebih pandai menyembunyikannya, terutama yang masih menjunjung tinggi norma-norma ketimuran.

Bagi Anda kaum Hawa yang merasa bernafsu besar dan menjadi tersiksa karenanya, Anda tidak sendirian. Sangat banyak wanita yang mengalami hal yang sama dengan Anda. Tak sedikit di antara mereka yang terpaksa mengambil jalan pintas dengan melakukan masturbasi untuk menyalurkan hasrat atau bahkan berselingkuh. Namun ada juga yang menjadi depresi. Setidaknya hal itu terungkap melalui curhat blak-blakan seorang wanita di Empowher dan mendapat 136 komentar dari pembaca. Kami cuplik beberapa komentar di antaranya dengan level usia yang bervariasi.

Berikut ini pertanyaan yang diajukan dan komentar atas pertanyaan tersebut.

Pertanyaan:

Sebetulnya adakah puncak gairah seksual pada usia tertentu? Saya berusia 32 tahun dan sejak berusia 19 tahun merasakan dorongan seksual saya menjadi makin tinggi dari tahun ke tahun. Normalkah itu?

Komentar:

Saya berusia 23 tahun dan sangat tergila-gila pada seks. Banyak yang mengatakan, karena saya masih muda, jadi wajar kalau nafsu seks saya menggebu-gebu, tapi saya yakin ada sesuatu yang lebih dari itu. Saya melakukan masturbasi setiap hari dan berkali-kali. Saya mulai melakukan itu sejak berusia sekitar 9 tahun. Pikiran saya selalu saja tentang seks dan merasa selalu terangsang. Saya tidak pernah dipaksa berhubungan seks atau sejenisnya. Hasrat itu ada begitu saja. Belakangan saya mencari seseorang yang juga punya gairah seks tinggi, tapi sepertinya sayalah yang paling besar nafsunya. Punya nafsu besar bisa jadi anugrah dan juga masalah. (Anonim)

Saya wanita berusia 33 tahun, mulai aktif melakukan masturbasi sejak usia sangat muda dan mendapat orgasme saat berusia 7 tahun. Saya kehilangan kegadisan saat berusia 14 tahun dengan laki-laki yang saya sukai dan kami melakukan hubungan seks atas dasar suka sama suka. Sejak saat itu saya menolak berhubungan seks dengan orang lain dari berbagai usia selama beberapa tahun. Kemudian saya mulai menjalin hubungan serius dengan seseorang selama 10 tahun terakhir. Saya bisa setia padanya, tapi tetap saja saya butuh waktu pribadi untuk melakukan masturbasi. Tak berapa lama kami putus dan saya hanya berhubungan dengan laki-laki sebagai teman dan/ atau partner seks. Saya menikmati hal itu. Saya menghormati mereka dan begitu pun mereka menghormati saya. Saya kadang berpikir betapa berbeda atau mudah hidup saya andai saya jadi PSK atau setidaknya cuti panjang dari pekerjaan dan sepenuhnya memanjakan diri dengan seks. Ada sesuatu dalam diri saya yang mendorong untuk itu dan satu-satunya cara untuk menahan diri adalah dengan mengonsumsi obat dan melakukan seks secara rutin, karena menjalani kehidupan di kantor, punya teman dan keluarga serta segala tanggung jawab yang kita emban akan mustahil berjalan baik jika kita hanya berpikir soal seks. Saya tidak pernah mengalami kekerasan seksual. Saya tumbuh di lingkungan yang baik, berpendidikan dan terbuka. Ini adalah topik yang tabu untuk dibahas dan saya tidak pernah bicara dengan siapapun tentang hal ini. Kepada siapapun yang mempunyai libido tinggi, bersikaplah waspada, misalnya menggunakan kondom atau kontrasepsi lainnya untuk berjaga-jaga. Nafsu besar bisa menyebabkan masalah dan kebanyakan tidak bisa mengambil keputusan dengan tepat, karena pikirannya sudah dikuasai nafsu. Bernafsu besar bukanlah masalah. Yang penting harus selalu jujur pada pasangan masing-masing dan menghormati orang lain. (Anonim)

Saya punya masalah yang sama, tetapi karena saya pernah menjalani pengangkatan rahim, maka saya pikir itulah penyebabnya. Saya juga butuh jawaban, kenapa sampai bisa bernafsu besar. Saya sempat mengonsumsi pil untuk menurunkan libido, tetapi karena masalah kesehatan, saya hentikan. (Anonim)

Saya wanita berusia 18 tahun dan merasa sangat terganggu dengan dorongan seksual saya yang muncul terus menerus. Saya seorang mahasiswi dan hal itu menjadi masalah, karena saya tidak bisa konsentrasi belajar. Pikiran saya selalu saja tentang seks. Saya tahu saya bermasalah dalam hal seks sejak kecil. Saya pertama kali melakukan masturbasi saat berusia 7 tahun. Saya dapat banyak informasi tentang sisi negatif laki-laki, sehingga saya enggan menjalin hubungan khusus dengan kaum Adam. Namun biasanya perasaan itu lenyap setiap saya intim dengan mereka. Saya baru aktif melakukan hubungan seks sejak setahun lalu dan saat ini saya punya 7 partner seks. Saya selalu bermain aman dan menghargai mereka, tetapi saya merasa tidak pernah puas. Saya melakukan seks untuk mengatasi stress. Tapi tetap saja nafsu besar saya membuat saya frustrasi. Jika tidak melakukan hubungan seks secara berturut-turut, saya tidak puas. Satu ronde permainan hanya makin membuat saya ingin dan ingin lagi. Saya ingin tahu bagaimana caranya menurunkan libido yang begitu tinggi. Saya tidak malu bicara soal seks dan masalah seks saya. Saya sangat menghargai seks dan percaya, bahwa wanita seharusnya lebih agresif dalam mengekspresikan hasrat seksualnya. Tetapi kasus yang saya hadapi rasanya agak berlebihan. (Anonim)

Saya baru saja memasuki usia 41. Saya seorang wanita dengan nafsu besar. Saya seperti ini sejak remaja. Saya sudah menikah dua kali. Suami saya yang sekarang berusia 32 tahun dan nafsunya tidak sebesar suami pertama saya. Kami menikah sudah 1 tahun melalui masa pacaran selama 11 tahun. Saat ini saya menjalin hubungan gelap dengan seorang pemuda berusia 22 tahun dan goyang ranjangnya hebat. Dia bisa memuaskan saya dibandingkan suami saya. Apa yang harus saya lakukan? Saya tak ingin kehilangan suami saya. Tapi saya suka seks. Kadang saya merasa tertarik pada wanita. Tolong bantu saya, apa yang salah dengan diri saya? (Anonim)

Saya punya dorongan seks yang luar biasa tinggi. Saya punya pasangan selama 8 tahun yang libidonya sedang-sedang saja. Hal ini membuat saya pusing tujuh keliling dan terpaksa melakukan masturbasi secara rutin. Saya wanita berusia 22 tahun. (Anonim)

Saya wanita berusia 27 tahun dan telah menikah selama 10 tahun sejak 2006. Kami menikah sejak lulus SMA. Saya puya nafsu besar dan mulai berselingkuh sejak 2007, saat libido suami menurun. Saya tahu itu salah, tapi karena kebutuhan seks saya tak tercukupi, saya kemudian jatuh cinta pada seseorang (2007-2010), tapi demi anak-anak, akhirnya saya kembali pada suami saya. Saat ini saya menjalin hubungan dengan seseorang berusia 19 tahun. Ia tak hanya hebat di ranjang, tapi juga baik. Saya ingin tahu apa pendapat orang-orang tentang hal ini. Apakah saya sinting ingin mengakhiri pernikahan kami hanya karena seks? Saya juga telah berniat untuk melajang saja dan menikmat kesenangan atau memiliki teman sebaya yang istrinya meninggalkannya karena berbeda keinginan dalam hal seks. Si istri butuh banyak seks, tapi tidak dengan suaminya, sementara si suami ingin lebih sering berhubungan seks plus group sex (melakukan seks secara kelompok/ beramai-ramai dengan pasangan lain) yang oleh istrinya dianggap gila. Saya pikir saya dan dia mempunyai kecocokan dalam hal seks, tapi kemudian saya tak yakin apakah saya benar-benar menginginkannya jadi pasangan saya yang mampu membuat saya bersedia meninggalkan suami saya. Jika ada saran tentang hal ini saya akan sangat menghargai. (Anonim)

Hai, Anonim. Saya juga punya masalah seperti Anda. Saya menemui dokter spesialis endokrinologi untuk membantu menurunkan dorongan seksual saya. Tapi dokter tersebut malah menganggap saya gila dan menyebut saya kurang bersyukur. Saya wanita lajang berusia 57 tahun. Saya seperti ini sejak berusia sekitar 20 tahun dan tak pernah berubah. Bukannya saya “dingin” seperti wanita pada umumnya. Justru sebaliknya, saya akan langsung basah hanya dengan membayangkan laki-laki yang saya sukai. Bahkan tanpa alasan yang jelas saya tahu-tahu terangsang. Saya harap Anda tidak punya masalah seperti saya saat seusia saya. Saya hanya khawatir, saat menemukan pasangan yang cocok, ternyata ia bermasalah dengan kemampuan ereksi atau nafsunya tidak sebesar saya. Saya pikir dengan berjalannya waktu, hal itu akan berubah, tapi ternyata tidak. Saya harap Anda menemukan pasangan laki-laki yang baik yang menghargai dorongan seksual Anda. Oh ya, tak satupun teman wanita saya yang mengalami masalah dorongan seks. Mereka pikir saya aneh. Mereka membuat saya merasa tak wajar. Tapi tidak. Saya wanita normal yang menyukai seks dan ingin bersuami. (Anonim)

Saya baru saja menapaki usia 29 tahun dari melahirkan anak ketiga sejak 7 bulan lalu. Selama sekitar tahun pertama kelahiran anak pertama saya, dorongan seks saya menurun, tetapi kembali normal seiring berjalannya waktu. Setelah bayi saya yang terakhir lahir, saya kehilangan dorongan seks sama sekali, sampai beberapa minggu yang lalu saat saya merasa kembali bergairah dan lebih besar dari biasanya. Saya ingin tahu apakah hal ini normal atau tidak. Hal ini berpengaruh negatif pada kehidupan saya dan saya merasa tidak normal. Apakah karena pengaruh hormon? Haruskah saya periksakan ke dokter? (Anonim)

Saya baru saja menjanda pada usia 36. Selama ini ada 2 laki-laki dalam hidup saya. Dengan suami pertama saya bertahan selama 14 tahun. Bersama mereka kehidupan seks saya benar-benar luar biasa. Mereka berpendapat, laki-laki akan beruntung mendapat saya karena gairah seks saya yang tak lazim. Saya tak ingin tidur dengan orang lain, sementara vibrator saya tak bisa membuat saya puas. Memang saya bisa mendapatkan orgasme selama yang saya inginkan, tapi tetap saja membuat saya frustrasi dan kecewa setelahnya. Saya mencintai pasangan saya, juga sex toy saya. Bagaimana caranya menurunkan hasrat saya? Saya butuh menyendiri setidaknya selama 6 bulan agar bisa fokus pada karir dan anak-anak saya. Hal itulah yang membuat hubungan kedua saya gagal. Saya terlalu sibuk bekerja. Ia tidak mau berbagi tugas dan pengasuhan anak-anak dengan saya, meskipun kadang kami masih berhubungan seks beberapa kali seminggu. Saya berolah raga untuk membebaskan saya dari energi yang berlebihan untuk bekerja dari pagi sampai petang. Saya tak ingin hidup saya hancur, tapi ujung-ujungnya saya malah mencari solusi dengan cara one night stands (berhubungan seks atas dasar suka sama suka dengan orang yang baru dikenal) atau berusaha mencari partner seks. Tak satupun teman saya yang begitu tergila-gila pada seks seperti saya. Apa yang harus saya lakukan untuk bisa normal? (Anonim)

Saya wanita berusia 55 tahun yang punya gairah seks tinggi. Saya sudah menikah selama 20 tahun dengan laki-laki yang usianya 7 tahun lebih tua dari saya. Akibat nafsu saya yang besar, saya sering berselingkuh. Tapi saya tetap mencintai suamis saya. Saat ini saya berpacaran dengan seorang laki-laki yang usianya 7 tahun lebih muda dari saya. Saya bertemu dengan seminggu sekali. Kadang saya berpikir saya dianggap berlebihan olehnya, karena selalu menginginkan seks dan orgasme berkali-kali. Saya ingin bersamanya lebih lama, tapi ia harus berangkat kerja jam 6 pagi dan berkendara selama 45 menit menuju kantornya setiap hari. Apa yang harus saya lakukan?

Membaca celotehan para wanita itu dapat disimpulkan, bahwa nafsu besar bisa mereka kehilangan logika. Apapun rela dilakukan demi mendapatkan kepuasan seksual, tanpa mempedulikan status (bersuami atau lajang) dan usia.

Tapi ada kabar gembira bagi Anda yang bernafsu besar. Sebagaimana dilansir Female First, wanita yang ber-IQ tinggi cenderung mempunyai hasrat seksual yang tinggi juga. Studi yang dilakukan oleh Lovehoney terhadap mahasiswi Cambridge University menunjukkan, bahwa ada lonjakan belanja sex toy sebesar 25% pada 2014 lalu dibandingkan mahasiswi dari perguruan tinggi lain di Inggris. Mahasiswi Cambridge termasuk pilih-pilih dalam membelanjakan uang saku mereka dan pilihan mereka jatuh pada lingerie dan baju-baju sexy, selain sex toy. Posisi kedua dipegang oleh mahasiswi Oxford.