Sabtu, 19 Desember 2015

Ibuku yang Uzur

Nama aku Zamri anak tunggal dari kedua orang tuaku. Ayahku bernama Bedul sudah meninggal 3 tahun lalu.Kini aku hanya ada ibuku saja di dunia ini yang bernama Minah, berusia 63 tahun.

Meskipun sudah uzur, tubuh ibu masih padat berisi. Payudaranya besar berisi kenyal dan makin melanjut. Pinggul ibuku juga makin lebar,besar juga makin tonggek itu kadang kalanya menghayalkan nafsu muda yang berusia 24 tahun.

Sejak ayahku meninggal aku yang sebelum telah berhijrah ke bandar dan bekerja di pejabat kerajaan telah memohon pertukaran tempat kerja supaya ditukarkan di bandar kelahiranku dengan alasan menjaga ibuku yang uzur. Dengan alasan yang sangat relevan aku telah berpindah, menetap dengan ibuku dan bekerja di bandar berhampiran dengan rumah ibuku. Alangkah gembiranya ibu, kini tidak lagi kesunyian di rumah dengan adanya aku anak tunggal kesayangan yang telah mengorbankan kehidupan ibu kota metropolitan, ibu kota "Syurga Dunia" yang menjanji segala kenikmatan dunia yang dicari pemuda juga pemudi di usia aku ini.

Kelainanku: Foto Keluarga

Aku tidak tahu, apakah kebiasaanku membuat foto-foto telanjang istri dan putri-putriku hanya terjadi pada keluargaku saja, atau terjadi pada keluarga lainnya juga?

Sejak aku baru menikah dulu, aku sudah punya keinginan kuat membuat foto telanjang istriku (Ani). Tapi karena untuk melihat foto harus melalui cuci cetak di toko foto, maka keinginan ini tidak dapat diwujudkan. Untuk memenuhi keinginan ini, aku hanya bisa membuat foto muka sebagian dadanya saja dengan bahu terbuka, atau membuat foto punggungnya saja. Foto pantatnya saja pun tidak berani. Saking inginnya punya foto telanjang Ani, aku pernah sampai merencanakan pergi ke Eropa untuk membuat foto telanjang dan dicetak di sana.

Kelainanku: Kakak Iparku, Cici Lily

Setelah kakakku meninggal dunia, sebulan sekali aku mengunjungi istrinya yang tak lain adalah kakak iparku, Cici Lily, di Cikarang untuk melihat kesehatannya, mengobrol, sekaligus memberi uang bulanan. Hal rutin ini aku lakukan biasanya bersamaan dengan tugas rutin kantor cabang perusahaanku di Bandung. Jadi, sepulang dari Bandung (sebelum pulang ke rumah di Jakarta), aku sempatkan mampir sambil membawa oleh-oleh. Hal ini berlangsung selama dua tahun lebih tanpa ada sesuatu yang spesial.

Ci Lily, tinggal berdua dengan pembantunya yang biasa dipanggil “si Ibu”. Kedua puteranya sudah berkeluarga dan tinggal di Serpong dan Pondok Indah. Mereka tidak terlalu sering menengok atau menelepon ibunya.

Suatu hari setelah makan siang , aku iseng menelepon Ci Lily untuk menanyakan apa kabarnya. Ia menjawab sedang sakit flu berat.

Lulus SMA Aku Menikah Dengan Nenek-nenek

Sebenarnya malu mau cerita soal ini.. tapi orang-orang harus tahu kalau aku nikah sama nenek-nenek bukan mau hartanya, tapi karena aku berniat balas budi. Dia sudah membiayai aku sekolah karena aku yatim piatu dan juga anak bungsu. Tak salah kalau aku melamar Mak Tati, janda 2 anak berumur 58 tahun. Kami menikah tanggal 17 November 2015.