Aku benar-benar seorang suami yang punya kelainan. Ketika Ani (istri) cerita bahwa dia berhubungan badan dengan lelaki lain, bukan membuatku marah, malah jadi bertambah nafsu!
Kelainanku ini sebenarnya sudah ada sebelum kami menikah. Ketika masih pacaran, saat dia melihat kemaluanku, sambil memegang-megang dia bertanya, “Mau diciumin ga?” Tentu saja aku jawab mau.
Setelah menciumi kemaluanku, dia berkata bahwa ini pengalaman pertamanya menciumi kemaluan pria. Sebelumnya dia pernah tiga kali pacaran tapi belum ada yang dia cium. Alasannya, dengan pacar yang pertama kemaluannya bau karet, jadi tidak sanggup untuk menciuminya. Dengan yang kedua, kepala kemaluannya merah sekali sehingga dia tidak berani menciuminya. Dengan yang ketiga, baru dipegang-pegang tiba-tiba pacarnya menutupi kemaluannya dengan tangannya sendiri, rupanya dia orgasme (ejakulasi dini).
Aku yang mendengar ceritanya ini sangat nafsu sekali. Aku tidak marah karena hal itu dilakukannya sebelum pacaran denganku, bahkan sebelum kenal dengan aku.
Setelah menikah, saat berhubungan badan, aku selalu minta dia menceritakan kembali pengalamannya dengan mantan-mantan pacarnya itu supaya aku cepat orgasme.
Awalnya Ani mau cerita, tapi setelah tiga kali, Ani bilang, “Bosen ah, cerita yang sama terus.”
Lama kemudian, Ani cerita bahwa ada pria yang sepertinya naksir ke dia, namanya Robert. Aku juga kenal dengan Robert, orangnya tinggi besar, mukanya ganteng, dan perutnya gendut (buncit), usianya 5 tahun lebih muda dari Ani dan belum menikah.
Menurut Ani, Robert sering telepon dan suka datang ke rumahku setelah aku pergi ke kantor. Robert jam kerjanya bebas, karena dia salah satu pimpinan.
Aku yang punya kelainan, mendorong Ani untuk terus melayani telepon dan menyambut kedatangan Robert. Sejak itu, setiap hari Ani selalu cerita tentang Robert.
Singkat cerita, suatu sore Ani cerita bahwa Robert mengajak dia pergi dengan mobilnya dan parkir di tempat sepi. Robert menyatakan bahwa dia jatuh cinta pada Ani kemudian mencium pipi dan mulut Ani.
Kata Ani, “Lidah kamu kan pendek, lidah Robert panjang jadi terasa enak sekali saat lidahnya bermain-main di dalam mulutku. Ciuman Robert lebih enak dari ciuman kamu.”
Lalu Ani melanjutkan ceritanya, bahwa tangan Robert masuk ke dalam behanya dan meremas-remas dadanya. Robert melakukan itu dengan bernafsu, Tidak puas sampai di situ, tangan Robert kemudian masuk ke celana dalam Ani. Setelah memegang kemaluan Ani, dia memperlihatkan jarinya yang basah dengan lendir, lalu sambil tertawa ia menjilati lendir di jarinya...
Ketika Ani memegang kemaluan Robert dari luar celana, Robert berkata, “Mau lihat punya saya?”
Ani tersenyum sambil mengangguk.
Robert lalu membuka celanaya. Ternyata kemaluannya kecil, tidak seperti badannya yang tinggi besar.
Kata Robert, “Besar ngga punyaku?”
Ani cerita kepadaku, “Kalau aku jawab besar, berarti aku bohong, jadi aku jawab saja, ‘bagus’ sambil memegangnya. Biasanya kalau aku ngocokin kamu kan aku genggam batangnya, ini mah saking kecilnya, aku tidak bisa menggenggam, tapi mencomot batangnya dengan ujung-ujung jariku.”
Aku mendengar cerita Ani sampai tertawa sambil nafsu.
Ani melanjutkan lagi, “Supaya Robert tidak minder, aku langsung menciumi kemaluannya meski dengan susah payah karena dalam posisi duduk di kursi mobil dan terhalang perutnya yang gendut.”
Aku lalu mendorong dia untuk dilanjutkan bersetubuh. Tapi Ani menjawab, “Gila! Aku ngga mau kalau sampe begitu mah.”
“Kalau sudah ngemut, apa bedanya dengan bersetubuh? Sudah masuk ke mulut kamu kan sama saja dengan masuk ke lubang kamu?” jawabku.
Ani terdiam mendengar omonganku.
Sejak itu, aku makin hot berhubungan dengan Ani, dan selalu lebih cepat keluar dibanding sebelumnya.
Setiap kali Ani melakukan kontak fisik dengan Robert, ia selalu cerita. Mungkin karena Ani tahu aku tidak marah malah bertambah nafsu maka ia menceritakannya sampai detail. Selama ini mereka berdua selalu melakukannya di dalam mobil, jadi tidak sampai bersetubuh. Hanya berciuman mulut, ngocokin dan ngemutin saja. Ani ketagihan berciuman karena lidah Robert yang panjang bisa bermain-main di dalam mulutnya, bisa saling melilit lidah. Beda dengan aku yang paling bisa hanya bersentuhan lidah saja.
Kata Ani, “Setiap kali aku ngocokin atau emutin punyanya Robert, pasti keluar. Jadi bukan aku ngga bisa ngocok atau ngemut ya kalau kamu ngga keluar. Buktinya Anton (baca Kelainanku: ‘Bertiga Yuk…’) dan Robert bisa keluar... Kamu aja yang aneh.”
Aku terus membujuk Ani supaya mau bersetubuh dengan Robert di hotel atau motel. “Cobain…” kataku.
Untuk mendorong agar Ani mau bersetubuh dengan Robert, aku menceritakan hubungan khusus aku dengan Ci Lily. (baca Kelainanku: Kakak Iparku, Cici Lily).
Ani berkomentar, “Oh ya? Buah dadanya gimana?”
“Bagusan buah dada kamu,” jawabku.
“Kalau jembutnya gimana?” lanjutnya.
“Gondrong dan berantakan!”
“Aduh… kemaluanku jadi basah nih...” kata Ani sambil tertawa.
Mengetahui aku tidak marah malah mendorong, Ani semakin sering pergi dengan Robert. Ia tidak mencuri waktu, malah bilang terus terang akan pergi dan pulangnya mengeluarkan celana dalamnya dari dalam tas. Dia cerita pergi tidak memakai beha supaya mudah dipegang dan celananya dibuka di mobil.
Akhirnya, keinginanku benar terjadi! Mereka berdua pergi ke motel.
Ani menceritakan kejadian itu kepadaku seperti ini: “Ketika aku membuka baju hingga telanjang bulat, Robert spontan berkomentar, ‘Beautiful body…’ Robert pun membuka semua pakaiannya hingga telanjang. Memang sih bentuk badannya tidak atletis, perutnya buncit dan kemaluannya kecil. Tapi buat aku itu sama sekali tidak penting. Yang penting adalah, bagaimana ia melihat aku telanjang. Sepertinya ia tahu punya kekurangan di bagian kemaluan tetapi punya kelebihan di lidahnya yang panjang. Jadi ia mulai menciumi mulutku dengan lama sekali sambil memainkan lidahnya. Kemudian ia menjilati leher, telinga dan ketiak aku. Waktu dia menjilati puting aku, tangannya mengelus-elus kemaluanku. Rasanya enak banget. Kalau kamu mengelus klentit aku kan pake jari tengah, kalau dia pake jempolnya. Elusan jempolnya si Robert lebih enak dari kamu. Yang paling gila waktu dia mengoral aku. Lidahnya disapu-sapu ke klitoris aku… terus lidahnya dimasukin ke lubangku. Lidahnya bisa meliuk-liuk di dalam lubang aku. Rasanya minta ampuunn…! Jilatan dia lebih enak daripada jilatan kamu. Aku tidak dapat menahan suara desahan yang makin lama makin keras. Kemudian dia memasukkan jarinya ke dalam lubang aku. Mula-mula satu jari, lalu dua jari, dan akhirnya tiga jari, sambil jempolnya terus mengelus-elus klitorisku. Ya aku mana bisa tahan? Rasanya selangit! Aku tidak dapat menghitung sampai berapa kali aku orgasme. Setelah puas, gantian aku yang mengoral dia. Batangnya memang kecil, tetapi keras. Aku tidak bisa bersetubuh dengan Robert pake gaya misionaris, karena perutnya buncit dan batangnya kecil, mana bisa masuk? Jadi aku duduk di atas dia. Itu pun aku tidak bisa menaik turunkan pantatku seperti yang aku lakukan ke kamu, bisa copot lagi. Jadi setelah masuk, aku hanya memutar-mutarkan dan memundur majukan pantatku seperti yang biasa kita lakukan. Bedanya, aku melakukannya dengan gerakan lebih hati-hati supaya tidak terlepas.”
Waduhhh…..! Aku mendengar cerita Ani seperti ini, sampe nafsu sekali! Gila! Bukannya cemburu malah nafsu! Saking ngga tahannya, aku langsung menyetubuhi Ani dan tidak dibutuhkan waktu lama untuk orgasme.
Ani bersetubuh dengan Robert bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Setiap kali bersetubuh, dia selalu menceritakannya kepadaku dan aku selalu bernafsu. Kehadiran Robert dalam perkawinan kami sungguh berdampak positif. Kehidupan seksual kami semakin hot, semakin mudah terangsang, semakin cepat basah dan semakin cepat orgasme.
Salah satu cerita Ani yang lain adalah, dia ketagihan dengan Robert bukan bersetubuhnya, tapi oralnya. Sangat menyenangkan saat kemaluannya dilihatin dari jarak dekat oleh Robert sambil jempolnya dielus-elus ke bibir kemaluan dan klitorisnya. Apalagi waktu dijilatin.
Kadang jika lagi di oral sampai begitu terangsangnya dan hampir orgasme, Ani ingin lubangnya segera dimasukin benda. Tapi untuk minta masukin batangnya kan tidak mungkin, jadi Ani berteriak, “Masukin jari! Masukin jari!” Begitu nikmatnya cara oral si Robert, sampai Ani tidak malu-malu mengajak Robert pergi ke motel. Menurut ceritanya Robert kepada Ani, dia pun tambah nafsu mengoral Ani karena mendengar desahan Ani yang keras.
Suatu hari, Ani cerita bahwa saat mandi bersama setelah bersetubuh, Robert menyabuni buah dadanya sambil membentuk angka delapan dan itu dilakukannya terus menerus, mungkin lebih dari 10 menit karena beberapa kali menambah sabun cair supaya licin. Dari posisi berhadapan sampai ganti ke posisi Robert memeluk Ani dari belakang sambil meremas-remas buah dada dan menjilati telinga dan leher Ani. “Caranya si Robert memainkan buah dada aku, lebih enak dari kamu,” kata Ani.
Mendengar cerita buah dadanya disabuni si Robert, tiba-tiba mengingatkan aku saat mandi bertiga dengan kakakku, Anton, di hotel Batam tiga tahun lalu (baca: Kelainanku: “Bertiga yuk…”). Jadi aku mengusulkan kepada Ani, “Bagaimana jika kita mandi bareng bertiga dengan Robert?” Ani langsung setuju karena dia sayang dengan aku dan Robert. Kami lalu mengatur skenario mau ngapain saja nanti bertiga. Kami merencanakannya sambil tertawa-tawa dan bernafsu tinggi! Aku sungguh ingin melihat, bagaimana lidah Robert menyapu klitoris dan masuk ke dalam lubangnya.
Namun sayang, setelah Ani membicarakan dengan Robert, dia tidak mau. Alasannya dia takut kepadaku. “Bagaimana mungkin saya bisa berbuat di depan suami kamu?” demikian kata Robert. Tapi menurut Ani, Robert bukan takut, tapi minder dengan kemaluannya yang kecil. Ani lalu berkata, “Makanya aku bilang juga apa, jangan direncanain, kalau direncanain jadi batal dah.”
Meskipun mereka sudah berulang kali pergi ke motel, tetapi tetap hot. Ani tidak pernah merasa bosan dioral oleh Robert, malah pengen lagi dan pengen lagi…
Suatu hari, setelah selesai bersetubuh, mereka ke kamar mandi untuk buang air kecil. Setelah itu Ani kembali terlentang di ranjang sambil tetap telanjang. Robert setelah keluar dari kamar mandi dan melihat Ani terlentang telanjang, mulai merangsang lagi dan mereka bersetubuh lagi untuk kedua kalinya. Setelah selesai, Robert berkata, “Ayo kita mandi dan cepat pake baju, jika tidak nanti bisa tiga kali nih!”
Ani selalu menceritakan secara detail bagaimana hubungan badannya dengan Robert, malah dengan kata-kata yang vulgar, tapi aku tidak pernah menceritakan hubungan badan aku dengan Ci Lily secara detail. Aku khawatir Ani tidak suka karena dia orang normal, beda dengan aku yang tidak normal.
Cerita Ani semula membuatku bertambah nafsu, namun dengan seringnya ia berkata bahwa ‘dengan Robert lebih enak daripada denganku’, akhirnya membuat aku jadi marah. Aku jadi kalah dari si Robert.
Ani sampai heran melihatku marah, katanya, “Lho… koq jadi marah? Aku kira kamu jadi tambah nafsu. Kalau gitu udah dah, aku ngga akan cerita lagi. Kita TST saja, tahu sama tahu. Kamu tahu aku sama si Robert dan aku tahu kamu sama Ci Lily. Tidak usah saling cerita lagi.”
Sejak itu Ani tidak pernah cerita lagi, malah hubungan kami yang tadinya super hot, jadi biasa lagi... Kebetulan Robert mendapat tugas di Eropa dan pulang setahun sekali. Setiap kali Robert pulang, Ani memberitahu aku dan minta izin pergi dengan Robert. Ani hanya cerita, begitu masuk ke mobil, hal pertama yang dilakukan Robert adalah memegang susunya. (Adrian, 58 tahun, Jakarta)
wow,, intense.. sexy!! baca juga blog pengalaman saya http://agnesanastacia.blogspot.co.id/
BalasHapus