Rabu, 10 Desember 2014

Kelainanku: Ke Dokter Kandungan

Sesuai dengan ajuran saudara-saudaranya dan teman-temannya, Ani pergi ke dokter kandungan untuk pemeriksaan papsmear dan pemeriksaan dini kanker payudara. Ini adalah cerita Ani seperti yang diceritakan kepadaku:

“Hari ini ada kejadian yang memalukan. Tadi aku ke Dr Eddy (dokter kandungan). Mula-mula diperiksa papsmear, aku diminta buka celana, lalu dia meninggalkan aku ke meja kerjanya dan menutup gorden pembatas. Beberapa saat kemudian dokternya masuk lagi memeriksa v***naku…

Setelah selesai, dokternya bilang, ‘Yuk, sekarang kita periksa payudara. Baju dan behanya dibuka ya…’ Lalu ia pergi lagi ke mejanya dan menutup gorden.

Aku pun buka baju dan beha sehingga telanjang bulat dan berbaring. Beberapa saat kemudian dokternya masuk lagi. Dia terlihat terkejut melihat aku telanjang bulat. Lalu dia berkata, ‘Lho… Maksud saya tadi, sebelum buka baju, celananya dipakai dulu. Jadi tidak polos begini…’

Aku malu sekali mendengar dokter berkata seperti itu, sehingga mau bangkit untuk memakai celana. Tapi dokernya berkata, ‘Sekarang sudah kejadian begini, ya sudah… tidak apa-apa… tenang saja...’

Dokter lalu mulai menekan-nekan buah dada aku mulai dari pinggir hingga ke atas. Kemudian ia memegang puting buah dada aku dan menariknya ke atas.

‘Usia Ibu berapa sekarang?’

‘Empat puluh satu’

‘Oh ya? Badan ibu bagus, dadanya juga bagus, malah lebih bagus daripada yang berusia 31.’

Kemudian sambil menekan-nekan buah dadaku dan menepuk-nepuk perutku, dokter berkata: ‘Makan sayur yang banyak ya, jangan banyak makan yang berminyak dan gorengan, supaya badan ibu tetap bagus…’

Aku yang terangsang mendengar cerita ini, dengan cepat berkata, “Aku yang mendengar cerita ini saja merasa bangga badan kamu dipuji, apalagi kamu yang punya badan… Kamu kapan diperiksa lagi? Aku nanti mau ikut, mau lihat kamu diperiksa… Hehe...”

“Ehh… Kamu mana bisa lihat? Kan ada gorden yang ditutup…” jawab isteriku.

Aneh… Baru mendengar cerita isteri telanjang di depan dokter saja, aku terangsang, apalagi kalau melihat dengan mata kepala sendiri? (Adrian, 57 tahun, Jakarta)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar