“Saya Putri”, sambil tersenyum gadis remaja yang parasnya sangat cantik dengan tubuh tinggi langsing itu memperkenalkan diri sambil menyerahkan surat lamaran kerja. Waktu itu aku masih bekerja sebagai supervisor di sebuah perusahaan farmasi di Bandung dan hari itu kebetulan giliranku menginterview calon karyawan baru.
Singkat cerita, karena suatu hal Putri tidak jadi bekerja di perusahaan tempatku bekerja.
Satu tahun kemudian tanpa sengaja pada saat aku makan di sebuah restocafe aku bertemu lagi dengan Putri. Dia datang menghampiriku dan menyapa, "Masih ingat saya?". Aku sempat terkejut karena tak menyangka bakal bertemu lagi dengannya dan aku sudah hampir lupa padanya.
Akhirnya kami terlibat dalam obrolan penuh keakraban. Ternyata kebetulan Putri bekerja di resto itu. Ada sedikit perasaan bergetar pada saat sesekali bertatapan dengannya. Tatapan matanya menyiratkan kalau dia suka padaku. Saat pulang aku pamitan dan bertukaran nomor telepon dengannya. Sejak saat itu aku dan Putri rajin berkomunikasi.
Ternyata aku dan Putri punya banyak kesamaan. Sama-sama penggila film, hobi main musik dan lain-lain yang tak dapat kusebut satu persatu di sini. Huff ... aku menghela nafas. Andai saja aku belum beristri dan mempunyai 1 anak, mungkin Putri akan menjadi istri idealku.
Semakin lama berhubungan dengannya semakin sayang aku padanya, hingga aku tak tega membohonginya. Pada akhirnya aku harus jujur memberitahu Putri kalau aku sudah berkeluarga. Raut sangat kecewa terpancar dari paras cantiknya. Dia pergi setengah berlari meninggalkanku sambil menangis. Aku hanya bisa diam saat itu, mungkin itu yang terbaik buat Putri ...
Dua minggu kemudian aku dikejutkan dengan SMS dari Putri yang isinya cuma 1 kata "kangen". Aku abaikan SMS itu sampai akhirnya Putri SMS lagi yang isinya ingin ketemu untuk terakhir kalinya. Aku pun mengiyakannya.
Besoknya aku bolos kerja seharian menghabiskan waktu dengan Putri, hingga akhirnya selesai nonton di bioskop yg berlokasi di jl. Sukajadi Bandung, tepatnya jam 9.30 malam. Aku merasa kaget sekali saat tiba-tiba Putri berkata kalau ia belum mau pulang dan masih kangen ingin bersamaku sampai pagi. Awalnya aku menolak, tapi dia bersikeras untuk bermalam denganku.
Sekitar jam 11 malam kendaraanku sampai di sebuah hotel di sekitar jl. Lingkar Selatan. Kami pun check in di situ. Begitu masuk ke dalam kamar double bed, aku tidur di ranjang sebelah kanan dan Putri di ranjang sebelah kiri. Kamarnya cukup besar, sehingga jarak antara kami cukup renggang. Mataku terpejam tapi pikiranku tak karuan. Ditambah lagi ingat anak istriku di rumah. Saat sedang melamun aku merasakan sentuhan tangan halus memeluk pinggangku disertai hembusan nafas Putri ke leherku. Aku diam saja tak bereaksi, semakin lama pelukan Putri terasa semakin erat dan terasa bibir mungilnya menempel di leherku sambil mengecup mesra. Jantungku berdegup kencang saat itu, karena sebelumnya memegang tangannya pun tak pernah.
Lama-lama gairah kelelakian yang aku tahan akhirnya jebol juga. Aku balas dengan mengecup mesra dahinya, hidungnya, lalu bibirnya … Kami berpagutan cukup lama, aku remas lembut pantatnya, pahanya, pinggangnya … (Roy, 37 tahun, Bandung)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar