Sebenarnya aku agak malu, tapi aku ingin curhat supaya hatiku terasa lebih ringan.
Aku wanita berumur 30an, tinggal dan bekerja di Australia, namun saat ini sedang berlibur ke rumah temanku di Jakarta.
Aku punya seorang kekasih di Australia, berkebangsaan Amerika, namanya Brad. Namun dia bukan partner intim rahasiaku. Nama partner intim rahasiaku adalah Bruno; pirang, besar, dan berkaki 4. Iya, Bruno adalah seekor anjing labrador berumur 3,5 tahun yang sudah kupelihara sejak baby.
Sebenarnya aku tidak memiliki kelainan jiwa atau sejenisnya. Petualanganku dengan Bruno berawal tidak sengaja. Karena aku tinggal di apartemen sendirian, seringkali aku tidak pusing untuk berpakaian lengkap. Bahkan seringkali aku tidur telanjang, supaya paginya aku bisa langsung mandi dan berangkat kerja. Selain itu, rasa sprei di kulit membuatku merasa nyaman.
Suatu hari, seperti biasa, aku pulang kerja; kemudian aku lepas sepatu, blazer dan rok ku, tinggal bra dan celana dalam. Sudah menjadi kebiasaan, aku langsung menyalakan TV dan pergi mandi, tak lupa aku memberi makan Bruno yang sudah kutinggal sepanjang hari. Tapi karena di TV sedang ada acara sitkom favoriteku, kemudian aku putuskan untuk duduk di sofa berasama Bruno sambil menonton terlebih dahulu.
Bruno memang belum dikebiri, sehingga kadang bisa bernafsu sendiri; terkadang “batang”nya bisa keluar sendiri; namun tidak aku perdulikan. Pada saat sedang menonton TV, Bruno menjilat kakiku, seperti biasa. Namun jilatannya makin naik ke paha dan kemudian Bruno menciumi selangkanganku yang hanya tertutup celana dalam hitam katun.
Rasa geli membuat aku tertawa dan mendorong wajah Bruno, namun kemudian lidah Bruno menjilati “milikku” yang tertutup celana dalam. Aku sempat kaget, merasa itu cuma kebiasaan seekor anjing (suka menjilat), aku cuma mengelus-elus kepala Bruno dan memerintahkan dia untuk stop, sambil aku tetap menonton TV.
Tapi lama kelamaan, jilatannya membuatku semakin merasa keenakan. Tadinya aku terus berusaha menghalau Bruno, namun setelah beberapa lama aku mulai enjoy dengan jilatan lidah Bruno. Entah apa yang merasukiku, secara reflek aku membuka celana dalamku dan membiarkan Bruno menjilati “milikku” dengan bebas.
Aku sudah beberapa kali berpacaran dan aku tahu rasanya lidah lelaki di kewanitaanku, tapi, rasanya dijilati seekor anjing memang sangat berbeda. Kalau dibandingkan, rasanya 10 kali lebih nikmat dibandingkan di oral seks oleh lelaki. Aku sampai orgasme berkali-kali oleh lidah Bruno. Kemudian aku berdiri untuk menghentikan Bruno, karena sofaku sudah basah, entah oleh air liur Bruno atau oleh cairan kewanitaanku.
“Batang” Bruno terlihat keluar, ternyata ukurannya tidak bebeda jauh dengan “batang” lelaki. Biasanya pada saat Bruno horny, “batang”nya kelihatan lebih kecil. Karena Bruno sudah memuaskanku, sebagai gantinya, aku mencoba memberikan kenikmatan pada Bruno menggunakan tanganku. Aku coba mengocok “batang” Bruno, namun begitu aku coba, Bruno kesakitan... kelihatannya “batang” Bruno lebih sensitif daripada “batang” lelaki. Kemudian aku ambil lubricant dari laci, kubasahi seluruh tanganku dengan lubricant itu, dicampur sedikit air (biasanya pacarku suka kalau aku memberikan dia service dengan tangan, jadi aku sudah cukup mahir); kemudian aku coba kembali mengocok “batang” Bruno.
Perlahan-lahan aku tahu kalau Bruno suka dikocok di pangkal “batang”nya. Satu hal yang sangat mengejutkan adalah, sperma Bruno keluar banyak sekali, sampai membasahi lantai. dan pangkal “batang”nya membesar hingga 3 kali ukuran semula. Sempat terpikir, kalau “batang” itu akan sangat nikmat bila aku nikmati dalam liang kewanitaanku, namun aku urungi niatku.
Kejadian ini terus berulang berkali-kali, namun aku tidak memberitahukan pacarku. Dia bisa shock kalau tahu Bruno menjilati “milikku” hampir tiap malam. Aku bahkan sudah tidak menikmati oral seks dari Brad (pacarku), tapi “batang”nya masih tetap nikmat.
Sampai kira2 3 bulan lalu, aku sedang sangat horny, dan aku merasa jilatan Bruno tidak cukup untukku. Aku coba tidur terlentang setelah Bruno melakukan ritualnya. Secara reflek Bruno menaiki badanku dan mencoba memasukkan “batang”nya, namun terus meleset.
Aku pegang pangkal “batang” Bruno, kemudian aku masukkan perlahan ke dalam “milikku”. “batang” Bruno terasa sangat hangat, bahkan agak panas. Tapi rasa yang enak. Begitu masuk, Bruno langsung menggenjotku, “batang”nya keluar masuk dengan cepat. Mungkin ini pertama kalinya untuk Bruno, tidak lama kemudian dia keluar. Aku bisa merasakan sperma Bruno agak panas mengalir sangat banyak di dalam liang kewanitaanku.
Tiba-tiba “milikku” terasa sesak. Ternyata “batang” Bruno membesar di pangkalnya. Semakin besar “batang” tersebut, secara reflek juga “milikku” semakin keras mencengkeram “batang”nya. Aku sempat kaget, karena “batang” Bruno tidak bisa dikeluarkan dari “milikku”, bahkan menyangkut. Tapi rasa kaget itu sirna, tiba-tiba aku merasakan orgasme yang tidak pernah aku rasakan seumur hidup dengan lelaki manapun.
Tekanan dari “batang” Bruno di dalam “milikku” membuat aku terkencing-kencing (setelah aku baca, itu ternyata squirt, namun aku merasa seperti kencing). Orgasme aku dapatkan berulang-ulang hingga tak terhitung banyaknya selama 30 menit penuh. Selama 30 menit itu pula aku tidak dapat lepas dari Bruno, karena “batang”nya membesar hingga menyangkut tidak dapat lepas dari “milikku”.
Aku sampai lemas, kakiku sudah tidak kuat berdiri, tenggorokanku terasa kering karena erangan tanpa henti yang aku keluarkan. Namun aku tidak dapat mengambil minuman, karena “milikku” masih tertancap “batang” Bruno. Aku hanya bisa berbaring dan menikmati orgasme ternikmat yang pernah aku rasakan sejak aku mulai aktif berhubungan seks di umur 22 tahun.
Aku tidak pernah memberitahukan Brad mengenai hubunganku dengan Bruno. Di akhir minggu, Brad sering menginap di apartemenku (kadang aku menginap di apartemen dia); untung saja Bruno tidak cemburu atau mencoba melakukan hal-hal yang tidak diinginkan pada saat Brad ada di apartemenku.
Hampir tiap malam aku menikmati “batang” Bruno. Luar biasa, ternyata Bruno jauh lebih perkasa dbandingkan laki2. setelah 1 bulan, Bruno sudah bisa bertahan sampai 10 menit, baru kemudian dia memancarkan spermanya. Tapi bagian kesukaanku adalah ketika “batang”nya membesar setelah dia ejakulasi. Aku benar2 hidup melewati orgasme demi orgasme tiap malam. Bruno dan Brad, bergantian memberikan kepuasan seks padaku. Kecuali pada saat aku datang bulan.
Kadang aku merasa kotor dan menyesal sudah merasakan kenikmatan seperti ini. Namun aku sudah tidak bisa kembali. Seks dengan Bruno terlalu nikmat untuk tidak kuulangi. Orang-orang boleh berkata apapun, atau mendakwa aku manusia penuh nista. Karena mereka tidak mengerti apa yang aku rasakan. Aku yakin, wanita manapun, kalau sudah menikmati apa yang kunikmati, pasti sudah tidak akan kembali ke jalan yang "normal" (normal sesuai yang dideskripsikan kebanyakan orang).
Namun aku sudah melakukan pemeriksaan ke dokter hewan, aku terus terang menceritakan apa yang aku lakukan. Menurut dokter, apa yang aku lakukan tidak akan menularkan penyakit menular seksual apapun, bahkan lidah seekor anjing bisa dibilang steril. Jauh lebih bersih dari lidah manusia, demikian juga dengan “batang” nya. Si dokter sempat terkejut dengan pengakuanku, namun untung saja dia bisa mengerti dan tidak melaporkanku ke polisi. Namun dia berpesan untuk merawat bulu dan memperhatikan Bruno, supaya jangan sampai cacingan atau infeksi. Karena aku akan kena masalah juga.
Hmmm, selesai menulis curhat ini, aku jadi kangen dengan Bruno. Dia aku titipkan ke Brad selama aku liburan di Jakarta. Besok aku sudah berangkat kembali ke Australia. Aku sudah tidak sabar menemui Bruno, pas juga haid ku sudah bersih hari ini. Namun sebelumnya, aku harus memastikan kalau Brad mendapatkan “milikku” terlebih dahulu... Pacar manusia tetap urutan pertama... [Julia (nama samaran), 36 tahun, Sydney]
Tidak ada komentar :
Posting Komentar