Rabu, 23 September 2015

Ketagihan Ngintip

Ini cerita tentang pengalaman sahabatku, sebut saja namanya Tita, yang sempat membuatnya terperangkap dalam kebiasaan buruk, yaitu masturbasi. Aku tak bermaksud menceritakan aib yang dialaminya, tapi untuk memotivasi siapapun yang mengalami seperti Tita agar bisa bangkit dari masalah yang dihadapinya.

Setamat SMP, Tita hijrah ke kota X untuk melanjutkan SMA. Di kota X Tita numpang di rumah kakak perempuannya yang bernama Dessy (nama samaran). Saat itu uni Dessy baru 3 bulan menikah dengan uda Yan yang berprofesi sebagai asisten mandor.

Hari ke tiga Tita tinggal di rumah ni Des, ia mengalami suatu kejadian yang tak pernah ia alami sebelumnya. Tita punya kebiasaan tidur jam 8 malam dan bangun jam 4 pagi. Tapi malam itu, sekitar jam 11, ia terjaga karena ingin buang air kecil. Ketika bangun ia mendengar suara mendesah yang jelas terdengar dari kamarnya yang bersebelahan dengan kamar ni Des dan hanya disekat oleh dinding kayu.

Tita yakin itu suara ni Des. Karena penasaran, Tita naik ke meja belajarnya dan melalui celah antara sekat dengan atap Tita melihat ni Des duduk di atas da Yan sambil bergerak naik turun. Keduanya telanjang bulat. Tita sangat takjub melihat itu dan ia tak bisa menghentikan keinginannya untuk terus melihat.

Sejak kejadian itu Tita selalu saja memikirkannya. Ia pun jadi ketagihan untuk mengintip uninya berhubungan intim. Mungkin karena pengantin baru, ni Des dan da Yan hampir setiap hari melakukan itu dan Tita tak pernah melewatkan sedikitpun untuk mengintip.

Kemudian, setiap kali mengintip, Tita jadi basah dan terangsang. Waktu terangsang, ia mulai mengusap-usap bagian kewanitaannya dan itu membuatnya ketagihan. Akhirnya, setiap mengintip, Tita melepas celana dalamnya agar juga bisa merasakan kenikmatan seperti yang dirasakan oleh uninya.

Suatu hari ia hendak mandi pagi, melongok ke kamar uninya yang hanya tertutup tirai kain. Saat melongok itu ia melihat da Yan sedang telanjang bulat sedang mengusap-usap rambutnya. Ia baru selesai mandi dan keramas. Darah Tita terkesiap melihat milik da Yan yang menggelantung. Tita cepat-cepat pergi dari situ dan ke kamar mandi. Di kamar mandi ia melakukan masturbasi sambil membayangkan sedang bercinta dengan da Yan.

Akhirnya, setiap kali masturbasi, Tita selalu membayangkan milik da Yan. Bahkan, dalam dirinya muncul rasa cemburu setiap kali di Des bermesraan dengan da Yan. Tita jadi sering marah-marah tanpa alasan. Itu berlangsung sampai Tita naik ke kelas 2.

Ni Des heran dengan perubahan sikap Tita. Ni Des tahu aku bersahabat dekat dengan Tita, jadi datang kepadaku untuk menanyakan apa yang terjadi dengan adiknya itu. Aku bilang padanya kalau Tita memang berubah jadi pendiam, tapi tak pernah marah-marah.

Aku berusaha mengorek keterangan dari Tita. Mula-mula ia tak mau cerita. Aku lalu memancingnya lebih dulu dengan menceritakan semua masalahku, termasuk rahasiaku, yaitu naksir guru matematika. Lama-lama Tita mau terbuka lagi padaku. Akhirnya terkuaklah masalahnya.

Tita mengakui kalau ia merasa tersiksa dengan kebiasaannya itu. Ia tahu itu dosa, tapi setiap kali mendengar desahan kakaknya di balik kamar, ia tak kuasa membendung nafsunya untuk masturbasi.

Aku sempat terkejut mendengar cerita Tita yang blak-blakan. Aku jadi iba melihatnya. Ia seharusnya belum boleh melihat adegan itu, tapi nasi sudah jadi bubur. Sebagai sahabat, aku bertekad membantunya.

Langkah pertama yang kulakukan adalah pindah dari rumah uninya. Dan karena di rumahku ada kamar kosong, bekas kamar udaku yang pindah ke Palembang, aku menawarkannya ke Tita, gratis.

Di sekolah, aku juga melibatkannya dalam kegiatan intra dan ekstra kurikuler. Selain itu, Aku mengajaknya ikut pengajian remaja di kampungku.

Waktu kuusulkan untuk konsultasi ke psikolog, Tita menolak. Katanya, cukup aku saja yang tahu rahasianya. Ia malu untuk menceritakan ke orang lain, apalagi psikolog yang kutawarkan itu sepupuku sendiri. Meski begitu, aku salut pada kegigihan Tita untuk menghilangkan kebiasaan buruknya. Semua itu berkat pengajian remaja yang banyak mengupas masalah remaja dari sisi agama.

Selepas SMA, Tita bekerja di Padang. Sampai sekarang kami masih tetap saling bertukar kabar. Berita terakhir yang kudengar darinya, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Aku bersyukur bisa membantu sahabatku dari masalahnya. Semoga ia sukses dan selalu dilindungi Allah SWT. Amin. (Mona - bukan nama sebenarnya - 24 tahun, Payakumbuh)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar