Kata-kata itu yang selalu ingin aku ucapkan setiap kali Mama atau kerabatku menanyakan kapan aku naik pelaminan. Tapi semua hanya terucap dalam hati.
Sebetulnya wajar saja mereka menanyakan itu, karena diusiaku yang hampir setengah abad ini aku masih belum punya calon pendamping. Rasanya itu memang tidak akan mungkin. Sejak remaja aku sama sekali tak tertarik pada laki-laki. Aku tak tahu kenapa, padahal aku punya banyak teman laki-laki yang ganteng.
Aku justru lebih suka melihat wanita cantik. Terutama yang berkulit putih bersih. Aku tahu, bagi orang normal, apa yang kualami ini termasuk dalam penyimpangan orientasi seksual. Itulah sebabnya aku menyimpan rapat-rapat perilakuku ini. Aku tak punya tempat untuk mengadu. Bahkan pada sahabat terdekatku sekalipun.
Dari segi karir, aku termasuk beruntung. Meskipun pendidikanku hanya sarjana muda, tapi bisa mencapai posisi Manajer di sebuah bank swasta nasional. Gajiku sudah lebih dari cukup untuk menghidupiku dan Mama. Papa sudah meninggal 10 tahun lalu dan aku seorang anak tunggal. Jadilah aku dan Mama hanya berdua saja di rumah.
Sampai sekarang aku masih berpikir, dari mana munculnya perilaku lesbian ini. Aku tak pernah mengalami masa lalu yang membuatku trauma atau alergi terhadap laki-laki. Waktu kuliah pernah kucoba untuk jatuh cinta pada teman satu jurusan yang tampaknya menyukaiku, tapi sia-sia.
Sebagai manusia normal, aku juga punya nafsu birahi. Malam-malam yang dingin, saat hasrat itu muncul dan tertahankan lagi, aku melakukan (maaf) masturbasi sambil membayangkan bercumbu dengan wanita cantik. Tapi setelah itu aku selalu menyesal. Menangis. Mengutuk diri sendiri. Kadang aku marah pada Tuhan, kenapa Ia jadikan aku begini?
Untuk mengisi kekosongan hidupku, aku mengangkat anak asuh. Saat ini aku punya 3 anak asuh usia SD. Kuundang mereka ke rumahku setiap libur. Kadang kuajak jalan-jalan ke mall atau ke tempat wisata. Bersama mereka aku bisa merasakan kegembiraan. Kebahagiaan. Walaupun sebenarnya dalam hati aku menangis.
Aku tak lagi berharap jadi normal dan punya pasangan hidup, karena mungkin semua ini sudah digariskan oleh Tuhan. (Putri Bulan - nama samaran, 47 tahun, somewhere)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar