Saat ini aku kelas 3 SMA swasta di Sidoarjo. Aku sangat pusing dengan kebiasaanku melakukan onani (masturbasi, red.). Hampir setiap hari aku melakukannya. Memang terasa nikmat, tapi setelah itu aku selalu dihinggapi rasa bersalah. Juga takut.
Dari artikel-artikel yang kubaca, baik di majalah, koran, dan internet aku tahu efek buruk dari onani yang berlebihan. Selain rasa bersalah, katanya bisa menyebabkan ejakulasi dini, mani (sperma, red.) encer, dan impoten. Aku takut jika memikirkan itu, tapi sulit sekali menghilangkan kebiasaan onaniku. Kalau melihat cewek cantik aku langsung terangsang. Apalagi nonton film porno. Kalau nontonnya lagi sendirian di kamar, aku pasti onani. Kalau filmnya panjang, aku bisa onani lagi 2 - 3 kali.
Setahuku, juga dari artikel-artikel yang kubaca, cara untuk menghilangkan kebiasaan onani adalah berolah raga. Katanya habis olah raga badan capek, jadi lupa onani. Tapi nyatanya, secapek apapun, kalau nafsu sudah diubun-ubun, pasti aku onani juga. Pusiiiing!!!
Tolong dong! Apa di blog ini bisa konsultasi? (Sonny - nama samaran - 15 tahun, pelajar, Sidoarjo)
Jawab:
Sdr Sonny, pada remaja seusia Anda, kebiasaan bermasturbasi/ onani adalah hal yang umum dilakukan. Bahkan aktifitas ini juga banyak dilakukan oleh mereka-mereka, baik laki-laki maupun wanita, yang berusia dewasa, antara 20 – 60 tahun (untuk pria) dan 20 – 45 tahun (untuk kalangan wanita), tetapi frekuensinya tentu tidak “serajin” Anda, tergantung pada munculnya libido (dorongan seks) dalam kondisi normal. Bagaimanapun juga, libido adalah naluri alamiah dari setiap makhluk hidup dan lazimnya disalurkan dalam sebuah hubungan yang sehat antara suami dengan istri. Dalam kondisi tertentu saja, onani dilakukan, biasanya untuk menghindari dosa yang jauh lebih besar, yaitu berzina (hubungan seks ekstra marital/ di luar nikah).
Hanya saja, seperti yang sudah Anda ketahui, jika dilakukan berlebihan ada kemungkinan (khususnya pada para pria), akan mengalami kesulitan untuk mengontrol orgasme yang kita sebut dengan ejakulasi dini. Selain itu, dari segi psikologis, dikhawatirkan akan berpengaruh pada kemampuan ereksi, di mana “penghobi” onani akan bisa ereksi hanya jika berfantasi terlebih dahulu disertai dengan ketrampilan tangannya memainkan alat kelaminnya, bukan dari rangsangan yang ditimbulkan dari pasangannya. Belum lagi adanya perasaan berdosa. Hal ini jelas akan menjadi masalah tersendiri bagi keharmonisan hubungan suami istri. Pada remaja seusia Anda, dampak yang paling buruk adalah berkurangnya konsentrasi belajar.
Memang dapat dipahami, bahwa dengan berkembangnya teknologi, kita jadi sangat mudah mendapatkan gambar-gambar/ video porno dan hal-hal lain yang menjurus pada kemaksiatan, di mana peredarannya bukan saja dari situs-situs internet, tapi juga dari ponsel ke ponsel antar teman sekolah atau tetangga. Namun bukan berarti semua itu tidak bisa diredam.
Ada banyak cara untuk menghentikan kebiasaan buruk ini, di mana intinya adalah mengalihkan hasrat seksual dan menyalurkan energinya pada kegiatan yang positif dan bermanfaat, seperti :
- Olah raga
- Menekuni hobi (melukis, memelihara ikan hias, fotografi, dan lain-lain sesuai dengan minat Anda)
- Kerja bakti (bersih-bersih kamar, mengecat pagar rumah, atau menyapu halaman, misalnya)
- Memperbanyak ibadah
- Menambah wawasan keagamaan
- Aktif berorganisasi, dan lain-lain
Namun yang terpenting dari semua itu adalah niat. Anda harus tanamkan kuat-kuat niat untuk berhenti beronani. Jika Anda muslim, saat libido datang, segeralah berwudhu. Wudhu tidak hanya mensucikan anggota tubuh, tapi juga pikiran. Selain itu, jauhkan berinteraksi dengan hal-hal yang dapat memancing libido Anda, seperti video/ gambar-gambar porno. Yakinkan kalau itu tak berguna, bahkan merusak mental. Jika melihat wanita cantik/ seksi, jangan lihat mereka dari sisi nafsu dan obyek seksual, tapi sebagai wanita terhormat, sebagaimana Anda menghormati Ibu Anda.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar