Untuk hadiah ulang tahun Papa Mertua, Ani, isteriku mengajak Papa dan Mamanya berlibur ke Singapore karena mereka belum pernah ke Singapore. Sayang, Mama tidak bisa ikut karena toko di Cianjur tidak dapat ditinggal.
Di hotel Singapore, Ani memesan dua kamar dengan connecting door.
Pada malam pertama, setelah mengikuti tour sehari, badan terasa lengket. Papa langsung buka baju sehingga tinggal kaos dalam dan celana dalam saja, demikian juga aku.
Namun Ani melakukannya lebih dari itu.
Ia membuka semua pakaiannya hingga telanjang bulat! Ia kemudian dengan sikap yang sangat wajar membuat minuman teh hangat lalu membawanya ke Papanya dengan keadaan telanjang. Ajaibnya, aku lihat Papanya bersikap biasa dan tidak menegur Ani untuk segera memakai pakaian. Papa seakan-akan melihat anaknya memakai baju… Aku sudah biasa melihat Ani telanjang, tetapi saat itu aku melihatnya sebagai pemandangan yang sangat menakjubkan dan membuat p***sku ereksi sangat keras!
Setelah 14 tahun menikah, baru kali ini mimpi aku menjadi kenyataan. Aku dengan jelas-jelas melihat Ani berjalan-jalan mondar-mandir telanjang bulat di kamar sambil telanjang di depan Papa. Setelah mandi, baru Ani memakai baju.
Setelah Papa tidur dan kami akan berhubungan badan, Ani berkata, “Tunggu sebentar, aku mau lihat Papa dulu.”
Ani kemudian ke kamar Papanya dan kembali lagi tapi pintunya tidak ditutup rapat, dibiarkan terbuka.
“Papa sudah tidur.” Kata Ani
“Itu pintu masih terbuka, dirapatin saja,” kataku
“Biarin, supaya kalau Papa ada apa-apa, kita bisa dengar.”
Waktu kami berhubungan, Ani mendesah dengan suara yang keras, “Aahhh….. aahhh…..”
“Sssttt…. Jangan keras-keras, nanti kedengaran Papa,” kataku.
“Biarin! Aku justru pengen Papa bangun dan melihat kita lagi ngewe!”
Mendengar ini, aku sungguh terkejut, pantesan pintunya sengaja tidak ditutup rapat… Aku menjadi sangat nafsu, sehingga tidak lama kemudian aku orgasme…
“Tumben, kok kamu cepet keluarnya?” tanya Ani dengan rasa heran.
“Tahu nih, gugup kali… takut Papa keburu bangun dan lihat kita, malah aku jadi cepet keluar...” jawabku.
Aku lalu bertanya, mengapa ia tadi telanjang terus di depan Papa?
Jawabannya adalah, “Semua perempuan di seluruh dunia sama, ingin dilihat telanjang. Jika ada perempuan yang merasa malu telanjang, pasti ada sesuatu yang ‘tidak beres’ di bagian dada dan perutnya. Aku pernah pergi berenang dengan si Yen Yen di Ancol. Di kamar ganti, aku membuka baju di depan dia, tapi dia membuka bajunya sambil memunggungi aku. Aku pikir pasti dada dan perutnya ‘bermasalah’.”
Mendengar ceritanya, pikiran aku menerawang ke masa-masa lalu dan banyak sekali kata “pantesan…”
- Pantesan dia suka membuka baju di depan Papa dan Mamanya…
- Pantesan dia tidak merasa malu membuka baju di depan dokter dan fisioterapis…
-Pantesan dia tidak malu telanjang di depan tukang pijat dan pembantu…
Rupanya ini jawabannya....!
Aku memang mempunyai kelainan agak lama untuk mencapai orgasme. Biasanya sekitar 10 – 15 menit, ini aku tahu dari Ani. Ketika aku tanya tahu dari mana 10 – 15 menit? Jawabnya: “Kan aku lihat di jam dinding.”
“Itu dihitung dari sejak kita foreplay atau sejak penetrasi?” tanyaku lagi
“Sejak dimasukin!” jawabnya.
Pada tahun pertama perkawinan kami, Ani minta aku pergi ke dokter agar aku dapat orgasme paling lama lima menit saja. Menurut dia, ML yang enak itu saat foreplay dan tiga menit pertama setelah penetrasi, setelah itu dia tidak merasa nikmat lagi.
Aku pergi konsultasi ke dokter pria. Menurut sang dokter, “Tidak ada obatnya, dinikmati saja…”
Tidak puas dengan penjelasannya, aku lalu pergi ke dokter wanita lulusan Jerman. Menurut dia, aku harus ganti tempat bersetubuh untuk variasi, jangan di kamar tidur saja, tapi di taman, di ruang keluarga, di dapur, atau di hotel.
Sepertinya ada benarnya juga sih sarannya, kalau di hotel aku lebih cepat orgasme daripada di rumah. Jadi, sejak itulah setiap kali aku bertugas ke luar kota, Ani selalu ikut supaya aku bisa bersetubuh dan orgasme dengan waktu yang lebih singkat.
Menurut Ani, dia lebih bahagia jika melihat aku orgasme daripada dirinya sendiri yang orgasme. Semakin cepat aku mencapai orgasme, dia merasa kualitas persetubuhan kami semakin baik. (Adrian, 57 tahun, Jakarta)
Obat Penggugur Kandungan ,,
BalasHapus